Break Even Point (BEP)
dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu
keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila
perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya
cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya
cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan
menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila
penjualan melebihi biaya variabel dan
biaya tetap yang harus di keluarkan. Analisa break even mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan program budget, walaupun analisa break even dapat diterapkan
dengan data historis, tetapi akan sangat berguna bagi manajemen kalau
diterapkan pada data taksiran periode yang akan datang.
Analisis Break even
secara umum dapat memberikan informasi
kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya,
dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu.
Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenai hal-hal
sebagai berikut:
a.
Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
b.
Jumlah penjualan yang harus dicapai
untuk memperoleh keuntungan tertentu.
c.
Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan
agar perusahaan tidak menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek
perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang
diperoleh.
Salah satu kelemahan dari BEP adalah bahwa hanya ada satu macam
barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi
atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di
jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya, mereka
menciptakan banyak produk jadi hal ini sangat sulit. Ada satu asumsi lagi yaitu harga jual persatuan barang tidak
akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada
perubahan harga secara umum. Hal ini sulit ditemukan dalam kenyataan dan
prakteknya.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat
dibedakan sebagai berikut:
1.
Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel
cost merupakan jenis biaya yang selalu
berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel
total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase
tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan
dalam unit.
2.
Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed
cost merupakan jenis biaya yang
selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume
penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis
biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi,
bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3.
Semi Varibel Cost
Semi variabel cost
merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang
kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini
misalnya: Sales expense atau komisi bagi
salesman dimana komisi bagisalesman ini tetap unutk range atau volume tertentu,
dan naik pada level yang lebih tinggi.
Menentukan
Tingkat Break Even Point (BEP) / Titik Impas
Untuk dapat menentukan tingkat break
even, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan
biaya variabel. Semakin besar hasil produksi, maka biaya tetap persatuan akan
semakin kecil, sebaliknya semakin rendah hasil produksi maka biaya tetap
persatuan akan semakin besar. Pemisahan biaya variabel dan biaya tetap dalam
praktek biasanya bukan merupakan masalah yang mudah. Jenis biaya semi variabel
atau semi tetap dalam analisa break even perlu dipisahkan lebih dahulu menjadi
biaya variabel dan biaya tetap dengan menggunakan metode – metode tertentu.
Perhitungan untuk menentukan luas operasi pada tingkat break even dapat
dilakukan dengan menggunakan suatu rumus tertentu, tetapi untuk menggambarkan
tingkat volume dengan labanya maka diperlukan grafik atau bagan break even. Secara
mathematic tingkat break even dapat ditentukan dengan berbagai rumus. Dengan demikian
tingkat break even dapat ditentukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan mathematis
dan pendekatan grafis.
v Mathematical
Approach
BEP dapat ditentukan
atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu:
BEP = Fixed Cost / (harga
perunit – varibel cost perunit) (rumus 1)
Fixed Cost
BEP = =
Rp.........(rumus 2)
Sales price/unit
1 – variabel cost/unit
Formulasi break even
point yang dikembangkan:
Break
even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even
Point dapat kita formulasikan secara sederhana
sebagai berikut:
BEP ->
TR = TC
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales, Cost, Volume, Profit termasuk
waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana di atas sehingga menjadi lebih
flexible dan bisa beradaptasi dengan situasi yang berbeda-beda, yaitu dengan membentuk
persamaan linear sederhana seperti dibawah ini:
TR = TC
TR – TC = 0
Karena TR adalah untuk
“Total Revenue” maka TR dapat kita turunkan menjadi :
TR = Unit Price x Qty
Sedangkan
TC stand for “Total Cost”, yang mana
kita semua tahu bahwa dalam Cost Accounting,
cost itu ada 2 macamnya, yaitu: “Variable Cost” dan “Fixed Cost”, maka turunan dari TC adalah:
TC = Variable Cost +
Fixed Cost
Dari formula di atas
kita turunkan lagi menjadi:
TC = [Qty x Unit
Variable Cost] + Fixed Cost
Semua
elemen yang ada sudah habis diturunkan, selanjutnya membuat persamaan linear secara
penuh untuk kondisi “Break Even Point”:
TR - TC = 0
[Qty x Unit Price] -
[(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau
[Qty x Unit Price] -
[Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0
Qty x [Unit Price -
Unit Variable Cost] = Fixed Cost
Determinasi
Elemen-Elemen Break Even Point
Setelah
mempunyai formula, yang elemen-elemenya terdiri: Revenue (R), Quantity (Qty), Unit Price, Variable Cost, Unit
Variable Cost, dan Fixed Cost. selanjutnya adalah mendeterminasi (menentukan)
masing-masing elemen tersebut.
Revenue
(R): adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufactur biasanya didominasi oleh Sales, yang mana Sales adalah
jumlah terjual (Qty=Quantity) dikalikan dengan
unit price product yang akan terjual.
Quantity
(Qty): adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufaktur
tentunya diproduksi terlebih dahulu.
Unit Price: adalah
harga per unit dari barang yang akan dijual.
Variable
Cost: adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu product (barang), artinya
segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Seperti sebutannya
“Variable Cost”, akan berubah-ubah mengikuti jumlah product yang akan diproduksi.
Semakin banyak jumlah yang diproduksi semakin bedar juga variable costnya, begitu
juga sebaliknya. Jika kita lihat pada Laporan Laba rugi nantinya, variable cost
akan tergolong ke dalam kelompok “Cost
of Good Sales”, yang pada perusahaan manufacur umumnya terdiri dari: Bahan Baku
(Raw Material), Bahan Penolong, Cost Tenaga
Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan Ovear Head Cost yang biasanya terdiri dari
penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin (Machineries) yang menggunakan unit
production output, Maintenance, Listrik
(electricity), Pengiriman (Delivery & Services), dll.
Unit
Variable Cost: adalah besarnya variable cost yang ditimbulkan untuk membuat
satu unit produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total
variable cost (Variable Cost) dengan jumlah product yang dibuat (qty).
Fixed
Cost: adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya tertentu yang
penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh
banyak sedikitnya produk yang diproduksi. Dengan kata lain: berapapun jumlah product
yang dibuat, fixed cost yang akan dibuat, costnya relative sama, bahkan tidak
berproduksi sekalipun cost ini akan
tetap terjadi. Seperti sebutannya, fixed cost sifatnya relative stabil, tidak
dipengaruhi oleh production output.
Adapun jenis-jenis cost yang terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya Operasional
(Operating Expenses: Payroll, Office Supplies), Lease Hold (Hak Sewa), termasuk
penyusutan-penyusutan dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus.
v Graphical
Approach
Dalam
penentuan titik break even dapat pula dilakukan dengan grafik atau bagan, dengan
grafik break even manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya,
penjualan (volume penjualan) dan laba. Disamping itu dengan grafik break even
manajemen dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya
variabel dan dengan grafik break even pula manajemen akan dapat mengetahui
tingkat – tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan tingkat –
tingkat penjualan yang sudah menimbulkan laba atau besarnya rugi atau laba pada
suatu tingkat penjualan tertentu. Secara grafis titik break even ditentukan
oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost.
Keterbatasan
Analisis Break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya
apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan
ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena
naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam
kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis
perlu diketahui bahwa analisis break even
mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
§ Fixed
cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
• Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan.
• Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan.
§ Sales
price perunit tidak berubah dalam periode tertentu.
§ Sales
mix adalah konstan
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN
POINT (BEP) akan bergeser atau berubah apabila:
1.
Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan
ini ditandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya
tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas
atau sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per
unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total
cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3.
Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan
ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per
unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser
kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila
suatu perusahaan memproduksi lebih dari
satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan
produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya
terjadi kenaikan 20% pada produk A
sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.
Margin Of
Safety
Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis
break even yaitu untuk menentukan
seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Apabila hasil penjualan pada tingkat break
even dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan atau pada tingkat penjualan
tertentu, maka akan diperoleh informasi tentang seberapa jauh volume penjualan
boleh turun sehingga perusahaan tidak menderita rugi. Hubungan atau selisih
antara penjualan yang dibudget atau tingkat penjualan tertentu dengan penjualan
pada tingkat break even merupakan tingkat keamanan (margin of safety) bagi
perusahaan dalam melakukan penurunan penjualan.
Informasi tentang margin of safety ini dapat
dinyatakan dalam ratio antara penjualan menurut budget dengan volume penjualan
pada tingkat break even, atau dalam ratio dari selisih antara penjualan yang
dibudgetkan dan penjualan pada tingkat break even dengan penjualan yang
dibudgetkan itu sendiri, atau dengan rumus :
M/S = (Budget sales – BEP)/ Budget sales
Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah
ditargetkan.
Contoh Soal
1.
Misal suatu
perusahaan yang memproduksi televisi, mempunyai data biaya dan pendapatan
sebagai berikut:
Biaya tetap perusahaan, pertahun Rp. 1.000.000.000,-
Biaya Produksi, untuk tiap unit televisi Rp. 500.000,-
Harga Jual, untuk tiap unit televisi Rp. 1.000.000,-
Misal x unit utk mencapai breakeven
1.000.000 (x) = 1.000.000.000 + 500.000 (x)
500.000 (x) = 1.000.000.000,-
x = 2000
Berarti perusahaan akan mencapai BEP setelah menjual sebanyak 2000 unit televisi
Biaya tetap perusahaan, pertahun Rp. 1.000.000.000,-
Biaya Produksi, untuk tiap unit televisi Rp. 500.000,-
Harga Jual, untuk tiap unit televisi Rp. 1.000.000,-
Misal x unit utk mencapai breakeven
1.000.000 (x) = 1.000.000.000 + 500.000 (x)
500.000 (x) = 1.000.000.000,-
x = 2000
Berarti perusahaan akan mencapai BEP setelah menjual sebanyak 2000 unit televisi
2. Suatu perusahaan jasa perhotelan mempunyai data
biaya dan pendapatan sebagai berikut:
Biaya tetap, per tahun Rp. 2.000.000.000,-
Biaya pelayanan,perkamar, perhari Rp. 50.000,-
Harga jual, perkamar, perhari Rp. 200.000,-
200.000 (x) = (2.000.000.000/365) + 50.000 (x)
150.000 (x) = 2.000.000.000/365
X = + 37 kamar
Biaya tetap, per tahun Rp. 2.000.000.000,-
Biaya pelayanan,perkamar, perhari Rp. 50.000,-
Harga jual, perkamar, perhari Rp. 200.000,-
200.000 (x) = (2.000.000.000/365) + 50.000 (x)
150.000 (x) = 2.000.000.000/365
X = + 37 kamar
Akibat
Perubahan Berbagai Faktor
Salah satu aspek yang penting
dalam analisa break even bahwa adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih
yang mempengaruhi analisa, dapat diadakan penilaian atau evaluasi. Aspek ini
sangat penting bagi manajemen dalam proses penyusunan atau perencanaan budget,
karena hal ini akan memungkinkan diadakan “testing” untuk menentukan akibat
adanya perubahan berbagai factor atau mempertimbangkan berbagai alternatif.
Faktor – faktor yang dapat berubah
dalam hubungannya dengan analisa break even antara lain biaya tetap, biaya
variabel, harga jual maupun komposisi penjualan (sales mix). Perubahan salah
satu faktor penentu break even atau faktor yang mengakibatkan perubahan tingkat
break even, mungkin tidak mempengaruhi atau tidak mengakibatkan perubahan pada faktor
– faktor yang lain, misalnya perubahan hanya terjadi pada jumlah biaya tetap
sedangkan biaya variabel, harga jual, maupun volume penjualan tetap, tetapi
kemungkinan bisa terjadi perubahan dalam salah satu faktor akan mengakibatkan
perubahan pada faktor yang lain, misalnya perubahan harga jual bisa berakibat
perubahan volume penjualan dan sebagainya. Perubahan – perubahan tersebut dapat
secara langsung dimasukkan dalam rumus perhitungan break even sehingga
diperoleh tingkat break even yang baru, maupun digambarkan dalam grafik break
even.
a.
Perubahan Biaya Tetap
Perubahan jumlah biaya tetap akan
mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai tingkat
penjualan akan berubah, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya penjualan
pada tingkat break even akan berubah pula.
b.
Kenaikan Biaya Variabel
Dengan adanya kenaikan biaya variabel maka
jumlah biaya juga akan berubah begitu pula besarnya penjualan pada tingkat
break even juga akan berubah. Manajemen perusahaan dalam usahanya untuk
meningkatkan penghasilan (penjualan) yang akhirnya diharapkan untuk menaikkan
keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi harus
diperhatikan dan perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga
jual tersebut, sebab dengan adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan penurunan
volume penjualan yang akhirnya juga mengakibatkan perubahan besarnya break
even.
c.
Perubahan Komposisi Penjualan
Analisa break even atau analisa biaya,
volume dan laba yang diuraikan di muka selalu diterapkan untuk satu macam
barang atau dengan anggapan bahwa perusahaan hanya memproduksi dan menjual satu
macam barang atau secara total. Apabila perusahaan memproduksi atau menjual
lebih dari satu macam barang, maka analisa break even dapat pula diterapkan
untuk seluruh barang yang diproduksi atau dijual oleh perusahaan tersebut. Untuk
maksud tersebut maka komposisi (perbandingan) antara barang – barang tersebut
harus tetap sama baik dalam komposisi produksinya maupun penjualannya
(product-mix dan sales-mix). Break even dalam keseluruhan atau total tidak
berarti bahwa masing – masing produk harus dalam keadaan break even. Kemungkinan
terjadi suatu macam produk menderita rugi sedang produk yang lain memperoleh
keuntungan, atau kemungkinan masing – masing produk tidak memperoleh laba
ataupun menderita rugi. Apabila komposisinya berubah maka break evennya secara
total akan berubah pula.