Selasa, 05 Juni 2012

ANALISA KREDIT

Analisis kredit mengandung pengertian penilaian kredit dalam segala aspek, baik keuangan maupun non-keuangan. Menurut Lukman Dendawijaya (2005:88) Analisis kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak (feasible).  Dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa Analisis kredit adalah suatu proses analisis kredit dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan rasio-rasio keuangan untuk menentukan kebutuhan kredit yang wajar. tujuan analisis kredit  untuk melihat / menilai suatu usaha  atas dasar kelayakan usaha, menilai risiko usaha dan bagaimana mengelolanya, dan memberikan kredit atas dasar kelayakan usaha.
Pada dasarnya analisis kredit digunakan untuk meneliti atau menilai pemohon kredit secara mendalam tentang keadaan usaha atau proyek pemohon kredit agar pelaksanaan kredit yang akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar sehingga tidak menimbulkan kredit macet.
Ada 5 aspek yang harus dianalisis dalam menganalisis kredit, antara lain :
1. Aspek Manajemen
2. Aspek Pemasaran
3. Aspek Teknis
4. Aspek Keuangan
5. Aspek Legalitas dan Agunan

Kredit berdasarkan tujuan penggunaannya, kita bagi dalam 2 kategori, yaitu :
1. Kredit Produktif
2. Kredit Konsumtif.

Pendekatan-pendekatan atau metode-metode yang biasa  dipakai dalam menganalisis kredit modal kerja adalah Turn Over Method, sedangkan untuk menganalisis kredit investasi adalah PP Method, NPV Method
dan IRR Method.
Penggunaan pendekatan-pendekatan tersebut tentunya didasarkan dari data keuangan perusahaan yaitu
laporan necara dan laba rugi perusahaan yang diberikan kepada bank.
 
Proses analisis kredit, yaitu :
·         Descriptive→Menggambarkan bisnis usaha debitur.
·         Explanatory→Menjelaskan tentang bisnis
Prinsip-prinsip Penilaian Kredit
 a.  6c
1.      Character adalah sifat atau watak calon debitur harus benar-benar dipercaya. Dilihat dari latar belakang pekerjaan dan latar belakang pribadi si debitur
2.      Capacity (capability) untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemempuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba.
3.       Capital untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki  nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4.      Colleteral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik
5.      Condition untuk menilai kondisi ekonomi sekarang dan yang akan datang sesuai sektor masing-masing.
6.      Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu.
Dari keenam prinsip diatas, yang paling perlu mendapatkan perhatian account officer adalah character, dan apabila prinsip ini tidak terpenuhi, prinsip lainnya tidak berarti. Dengan perkataan lain, permohonannya harus ditolak.
           b. 7p
1.  Personality yaitu menilai dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.
2.      Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifiasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
3.      Perpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis yang diinginkan nasabah.
4.      Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
5.      Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja untuk pengembalian kredit yang diperolehnya.
6.      Profitability untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
7.      Protection tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan.
     c. 3 R
1.   Return (hasil yang dicapai)
Return disini dimaksudkan penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan debitur setelah dibantu dengan kredit oleh bank. Dapat pula diartikan keuntungan yang akan diperoleh bank apabila memberikan kredit kepada pemohon.
2.   Repayment (pembayaran kembali)
Dalam hal ini bank harus menilai berapa lama perusahaan pemohon kredit dapat membayar kembali pinjamannya sesuai dengan kemampuan membayar kembali (repayment capacity), dan apakah kredit harus diangsur/ dicicil/ atau dilunasi sekaligus diakhir periode.
3.    Risk bearing ability (kemampuan untuk menanggung resiko)
Dalam hal ini bank harus mengetahui dan menilai sampai sejauh mana perusahaan pemohon kredit mampu menanggung resiko kegagalan andai kata terjadi sesuatu yang tak diinginkan. 

Prosedur Analisis Kredit
Penyampaian permohonan kredit oleh calon debitur kepada bagian kredit, yang perlu diusahakan selengkap mungkin berkasnya,  yaitu :
  1. Berkas permohonan kredit diserahkan kepada analis untuk dilakukan analisis tentang permohonan kredit yang bersangkutan.
  2. Analis segera menghubungi calon debitur (pemohon kredit) untuk memperoleh informasi yang sewajarnya.
  3. Bila berkas tidak lengkap, analis mengembalikan ke bagian kredit
  4. Jika persyaratan telah terpenuhi dalam berkas permohonan kredit yang bersangkutan maka proses analisis berlanjut dengan :
    1. Aspek manajemen berupa pelengkap yang harus diketahui analis
    2. Bidang marketing menuntut analis untuk dapat diketahui tentang kelancaran pemasaran produksi calon nasabah yang bersangkutan
    3. Bidang keuangan sebagai sasaran utama analis untuk mengetahui benar tentang kondisi keuangan calon debitur, serta kemungkinan di hari kemudian, bila kredit diberikan
    4. Penguji analis atas beberapa Turn’s Over yang dapat dilakukannya terhadap rencana usaha calon-calon peminjam (calon debitur)
    5. Sebagai langkah akhir daripada analisis kredit, adalah penyampaian laporan analisisnya kepada kepala bagian kredit, untuk kemudian diteruskan kepada yang berwenang mengambil keputusan kredit.

Kebijakan umum persyaratan suatu permohonan kredit adalah sebagai berikut:
1.      Surat permohonan fasilitas kredit.
2.       Legalitas usaha.
3.      NPWP dan Laporan Keuangan.
4.      Hubungan dengan bank.
5.      Pengalaman usaha.
6.      Batas maksimum kredit bagi badan usaha.
7.      Persyaratan penempatan staf BNI atau pihak ketiga lainnya.
8.      Fasilitas Forex Line.
9.       Persyaratan Take Over debitur dari bank lain.
10.  Referensi agungan untuk kredit yang ditake over dari bank lain Skim pemberian fasilitas kredit dengan agunan deposito berjangka oleh divisi korporasi atau UMN / SKM.

Selasa, 01 Mei 2012

Modal Kerja dan Analisa Perubahan Pendapatan


MODAL KERJA

Istilah modal kerja mempunyai banyak pengertian dalam bahasa asing, modal kerja dikenal dengan istilah working capital atau istilah lainnya adalah liquid capital atau current capital. Modal kerja merupakan salah satu bagian dari assets yang ada dalam perusahaan atau koperasi. Modal kerja menurt Bambang Riyanto (2001:57) adalah dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari.
Modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar atau aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Contoh manajemen modal kerja adalah manajemen kas, manajemen piutang manajemen persediaan. Terdapat tiga konsep definisi modal kerja yaitu :
1.     Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan kepada kwantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).
Dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai dari modal para pemilik, hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, sehingga dengan modal kerja yang besar tidak mencerminkan margin of safety para kreditur jangka pendek yang besar juga, bahkan modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan.
2.    Konsep Kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktivitas lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat kwalitatip karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya (hutang jangka pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya.
3.    Konsep Fungsional
Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana – dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya : bagunan, mesin – mesin pabrik, alat – alat kantor, dan aktiva tetap lainnya.

Modal kerja dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
a.    Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
b.    Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban – kewajiban tepat pada waktunya.
c.    Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya – bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d.    Memungkinkan untuk memiliki p[ersediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.
e.    Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
f.    Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.

Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut :
a.    Sifat atau tipe dari perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatip akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industry, karena untuk perusahaan jasa, misalnya perusahaan listrik, perusahaan air minum, perusahaan bioskop, dan perusahaan – perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang perhubungan, baik darat, laut, maupun udara tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawainya maupun untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan – penerimaan saat itu juga, sedang piutang dapat ditagih dalam waktu yang relative pendek, bahkan untuk perusahaan jasa tertentu penerimaan uang justru lebih dahulu daripada pemberian jasanya. Sifat dari perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal – modalnya sebagian besar pada aktiva tetap atau plant and equipment yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat.
b.    Waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diprodusir sampai barang tersebut dijual. Makin panjang waktu yang dibutukan untukmemprodusir atau memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu harga pokok per satuan barang juga akan mempengaruhi besar kecilnyamodal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga pokok per satuan barang yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal kerja.
c.    Syarat pembelian bahan atau barang dagangan
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan digunakan untuk memprodusir barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.
d.    Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya juml;ah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperoleh dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil resiko adanya piutang yang tak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli, karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera membayar hutangnya dalam periode diskonto. 
e.    Tingkat perputaran persediaan
Tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), m,enunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibel;I atau dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien., semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan.

Pada dasarnya modal kerja terdiri dari 2 (dua) bagian pokok, yaitu :
a.    Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan.
b.    Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan – kebutuhan di luar aktivitas yang biasa.

Tujuan laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut. Laporan perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang bagaimana management mengelolah perputaran atau sirkulasi modalnya. Dimana sumber- sumber modal kerja berasal
  • Hasil operasi perusahaan.
  • Keuntungan dari pernjualan surat-surat berharga ( investasi jangka pendek ).
  • Penjualan aktiva tidak lancar.
  • Penjualan saham atau obligasi

 Sebab – sebab perubahan modal kerja, yaitu :
a.    Adanya kenaikan sector modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan maka modal kerja akan bertambah.
b.    Ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi,modal kerja kan bertambah.
c.    Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek, atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar, maka modal kerja akan bertambah.
d.    Karena kerugian yang diderita oleh perusahaan, baik kerugian normal maupun kerugian exidentil.maka akan mengurangi modal kerja.
e.    Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang.maka akan mengurangi modal kerja.
f.    Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap maka akan mengurangi modal kerja.
g.    Pengambilan uang atau barang yang dilakukan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi.

Adapun manfaat manajemen modal kerja, yaitu :
a.    Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
b.    Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
c.    Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi
perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d.    Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen.
e.    Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
f.    Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
g.    Laporan modal kerja akan sangat berguna bagi management untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja.

Adapun kelebihan dan kelemahan modal kerja, yaitu :
a)    Kelebihan modal kerja.
·         Melindungi kemungkinan terjadinya krisis keuangan guna membenahi modal kerja yang diperlukan.
·         Merencanakan dan mengawasi rencana perusahaan menjadi rencana keuangan di dalam jangka pendek.
·         Menilai kecepatan perputaran modal kerja dalam arti yang menyeluruh.
·         Membayar atau memenuhi kewajiban jangka pendek sesuai dengan jatuh tempo.
·         Memperoleh kredit sebagai sumber dana guna memperbesar pemenuhan kebutuhan kekayaan aktiva lancar.
·         Memberikan pedoman yang sehingga tidak terdapat keraguan manajemen guna memperoleh efisiensi yang baik.
b)   Kelemahan Modal Kerja.
·         Kelebihan atas modal kerja mengakibatkan kemampuan laba menurun sebagai akibat lambatnya perputaran dana perusahaan.
·         Menimnbulkan kesan bahwa manajemen tidak mampu menggunakan modal kerja secara efisien.
·         Jika modal kerja tersebut dipinjam dari bank maka perusahaan mengalami kerugian dalam membayar bunga.


ANALISA PERUBAHAN PENDAPATAN

Bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal meliputi baik pendapatan (revenue) maupun kenuntungan (gain). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal atau disebut dengan, penjualan, panghasilan jasa, deviden, royalti dan sewa dengan jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran dan salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri. Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dua segi, yaitu
  1. Menurut ilmu ekonomi, Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
  2. Menurut ilmu akuntansi, Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses penandingan.

Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dan juga pertumbuhan keuntungan, dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik melalui saham untuk menarik investor. Pendapatan direalisasikan ketika kas diterima untuk barang dan jasa yang dijual. Pendapatan itu dapat direalisasikan ketiga klaim atas kas (misalnya, aktiva non kas seperti piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam kas tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu komoditas, seperti emas, dimana ada pasar publik untuk jumlah tak terhingga, dan produk tersebut dapat dibeli dan dijual pada harga pasar yang telah diketahui.
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran. Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dan juga pertumbuhan keuntungan, dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik melalui saham untuk menarik investor.
Sumber pendapatan :
    1. Transaksi modal atau pendanaan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang obligasi dan pemegang saham.
    2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa produk perusahaan seperti aktiva tetap, surat berharga atau penjualan anak/cabang perusahaan.
    3. hadiah , sumbangan atau penemuan
    4. revaluasi aktiva
    5. penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran hasil penjualan produk

Proses terbentuk dan terealisasinya pendapatan :
v  EARNING PROCESS (proses pembentukan pendapatan) = konsep terjadinya pendapatan .Pendapatan dianggap terbentuk bersamaan dengan seluruh proses berlangsungnya operasi perusahaan (produksi, penjualan dan pengumpulan piutang).
v  REALIZATION PROCESS (proses realisasi pendapatan) .Pendapatan dianggap terbentuk setelah produk selesai dikerjakan dan terjual langsung / atas dasar kontrak penjualan.

Pendapatan diukur dengan nilai wajar yang dapat diterima, jumlah pendapatan biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli yang diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah discount dagang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan, umumnya berbentuk kas atau setara kas. Bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima. Bila barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat nilai yang sama maka pertukaran tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Dan bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.

P&L menyatakan bahwa pendapatan dapat ditinjau dari 2 aspek : FISIK & MONETER
  1. Aspek fisik : pendapatan adalah hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses menghasilkan laba
  2. Aspek moneter : pendapatan adalah aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.

Laporan perubahan laba bruto dan analisisnya
Laba kotor (gross profit) merupakan selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan. Karena itu laba kotor dipengaruhi oleh harga dan kuantitas penjualan, dan juga harga perolehan tiap unit produk yang terjual. Dari sisi penjualan, perubahan Laba kotor dipengaruhi oleh adanya perubahan pada item:
1.     Perubahan harga jual per unit produk.
2.    Perubahan kuantitas atau volume produk yang dijual atau dihasilkan.
Dari sisi harga pokok penjualan perubahan laba kotor dipengaruhi oleh adanya perubahan 
1.     Harga pokok rata-rata per unit produk.
2.    Kuantitas atau volume produk yang dijual.

Senin, 23 April 2012

BREAK EVEN POINT (BEP)


Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana  perusahaan di dalam operasinya tidak  memperoleh keuntungan dan tidak menderita  kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya  variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan. Analisa break even mempunyai hubungan yang sangat erat dengan program budget, walaupun analisa break even dapat diterapkan dengan data historis, tetapi akan sangat berguna bagi manajemen kalau diterapkan pada data taksiran periode yang akan datang.
Analisis Break even secara umum dapat  memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
a.       Jumlah penjualan minimalyang harus  dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
b.      Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
c.       Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
d.     Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Salah satu kelemahan dari BEP adalah bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya, mereka menciptakan banyak produk jadi hal ini sangat sulit. Ada satu asumsi lagi yaitu harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1.      Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost  merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana  perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2.      Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost  merupakan jenis biaya yang selalu  tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3.      Semi Varibel Cost
Semi  variabel cost  merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya:  Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagisalesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.

Menentukan Tingkat Break Even Point (BEP) / Titik Impas
Untuk dapat menentukan tingkat break even, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Semakin besar hasil produksi, maka biaya tetap persatuan akan semakin kecil, sebaliknya semakin rendah hasil produksi maka biaya tetap persatuan akan semakin besar. Pemisahan biaya variabel dan biaya tetap dalam praktek biasanya bukan merupakan masalah yang mudah. Jenis biaya semi variabel atau semi tetap dalam analisa break even perlu dipisahkan lebih dahulu menjadi biaya variabel dan biaya tetap dengan menggunakan metode – metode tertentu. Perhitungan untuk menentukan luas operasi pada tingkat break even dapat dilakukan dengan menggunakan suatu rumus tertentu, tetapi untuk menggambarkan tingkat volume dengan labanya maka diperlukan grafik atau bagan break even. Secara mathematic tingkat break even dapat ditentukan dengan berbagai rumus. Dengan demikian tingkat break even dapat ditentukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan mathematis dan pendekatan grafis.

v  Mathematical Approach
BEP dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu:
            BEP = Fixed Cost / (harga perunit – varibel cost perunit) (rumus 1)
Fixed Cost 
BEP =                                                          = Rp.........(rumus 2)
            Sales price/unit
1 –  variabel cost/unit 
Formulasi break even point yang dikembangkan:
Break even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi  juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita formulasikan secara  sederhana sebagai berikut:
BEP  ->  TR = TC
TR = Total Revenue
            TC = Total Cost
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales, Cost, Volume, Profit termasuk waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana di atas sehingga menjadi lebih flexible dan bisa beradaptasi dengan situasi yang  berbeda-beda, yaitu dengan membentuk persamaan linear sederhana seperti dibawah ini:
TR = TC
TR – TC = 0
Karena TR adalah untuk “Total Revenue” maka TR dapat kita turunkan menjadi :
TR = Unit Price x Qty
Sedangkan TC stand for “Total Cost”, yang  mana kita semua tahu bahwa dalam Cost  Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: “Variable Cost” dan “Fixed Cost”, maka  turunan dari TC adalah:
TC = Variable Cost + Fixed Cost
Dari formula di atas kita turunkan lagi menjadi:
TC = [Qty x Unit Variable Cost] + Fixed Cost
Semua elemen yang ada sudah habis diturunkan, selanjutnya membuat persamaan linear secara penuh untuk kondisi “Break Even Point”:
TR - TC = 0
[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau
[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0
Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost
Determinasi Elemen-Elemen Break Even Point
Setelah mempunyai formula, yang elemen-elemenya terdiri:  Revenue (R), Quantity  (Qty), Unit Price, Variable Cost, Unit Variable Cost, dan Fixed Cost. selanjutnya adalah mendeterminasi (menentukan) masing-masing elemen tersebut.
Revenue (R): adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufactur biasanya  didominasi oleh Sales, yang mana Sales adalah jumlah terjual (Qty=Quantity) dikalikan  dengan unit price product yang akan terjual.
Quantity (Qty): adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufaktur tentunya diproduksi terlebih dahulu.
Unit Price: adalah harga per unit dari barang yang akan dijual.
Variable Cost: adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu product (barang), artinya segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Seperti sebutannya “Variable Cost”, akan berubah-ubah mengikuti jumlah product yang akan diproduksi. Semakin banyak jumlah yang diproduksi semakin bedar juga variable costnya, begitu juga sebaliknya. Jika kita lihat pada Laporan Laba rugi nantinya, variable cost akan tergolong ke dalam kelompok “Cost  of Good Sales”, yang pada perusahaan  manufacur umumnya terdiri dari: Bahan Baku (Raw Material), Bahan Penolong, Cost  Tenaga Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan Ovear Head Cost yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin (Machineries) yang menggunakan unit production output, Maintenance, Listrik  (electricity), Pengiriman (Delivery & Services), dll.
Unit Variable Cost: adalah besarnya variable cost yang ditimbulkan untuk membuat satu unit produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variable cost (Variable Cost) dengan jumlah product yang dibuat (qty).
Fixed Cost: adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya tertentu yang  penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi.  Dengan kata lain: berapapun jumlah product yang dibuat, fixed cost yang akan dibuat, costnya relative sama, bahkan tidak berproduksi sekalipun cost ini  akan tetap terjadi. Seperti sebutannya, fixed cost sifatnya relative stabil, tidak dipengaruhi oleh production  output. Adapun jenis-jenis cost yang terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya Operasional (Operating Expenses: Payroll, Office Supplies), Lease Hold (Hak Sewa), termasuk penyusutan-penyusutan dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus.

v  Graphical Approach
Dalam penentuan titik break even dapat pula dilakukan dengan grafik atau bagan, dengan grafik break even manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan) dan laba. Disamping itu dengan grafik break even manajemen dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel dan dengan grafik break even pula manajemen akan dapat mengetahui tingkat – tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan tingkat – tingkat penjualan yang sudah menimbulkan laba atau besarnya rugi atau laba pada suatu tingkat penjualan tertentu. Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis total cost.




Keterbatasan Analisis Break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even
mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
§      Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
•   Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan.
§      Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu.
§      Sales mix adalah konstan
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah apabila:
1.       Perubahan FC, terjadi sebagai akibat  bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini   ditandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
2.    Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3.       Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4.     Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi  lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi  kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.

Margin Of Safety
Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis break  even yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian.  Apabila hasil penjualan pada tingkat break even dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan atau pada tingkat penjualan tertentu, maka akan diperoleh informasi tentang seberapa jauh volume penjualan boleh turun sehingga perusahaan tidak menderita rugi. Hubungan atau selisih antara penjualan yang dibudget atau tingkat penjualan tertentu dengan penjualan pada tingkat break even merupakan tingkat keamanan (margin of safety) bagi perusahaan dalam melakukan penurunan penjualan.
Informasi tentang margin of safety ini dapat dinyatakan dalam ratio antara penjualan menurut budget dengan volume penjualan pada tingkat break even, atau dalam ratio dari selisih antara penjualan yang dibudgetkan dan penjualan pada tingkat break even dengan penjualan yang dibudgetkan itu sendiri, atau dengan rumus :
M/S = (Budget sales – BEP)/ Budget sales
Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan.
Contoh Soal
1.       Misal suatu perusahaan yang memproduksi televisi, mempunyai data biaya dan pendapatan sebagai berikut:
Biaya tetap perusahaan, pertahun Rp. 1.000.000.000,-
Biaya Produksi, untuk tiap unit televisi Rp. 500.000,-
Harga Jual, untuk tiap unit televisi Rp. 1.000.000,-
Misal x unit utk mencapai breakeven
1.000.000 (x) = 1.000.000.000 + 500.000 (x)
500.000 (x) = 1.000.000.000,-
x = 2000
Berarti perusahaan akan mencapai BEP setelah menjual sebanyak 2000 unit televisi

                  
2.       Suatu perusahaan jasa perhotelan mempunyai data biaya dan pendapatan sebagai berikut:
Biaya tetap, per tahun Rp. 2.000.000.000,-
Biaya pelayanan,perkamar, perhari Rp. 50.000,-
Harga jual, perkamar, perhari Rp. 200.000,-

200.000 (x) = (2.000.000.000/365) + 50.000 (x)
150.000 (x) = 2.000.000.000/365
X = + 37 kamar 


Akibat Perubahan Berbagai Faktor
Salah satu aspek yang penting dalam analisa break even bahwa adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisa, dapat diadakan penilaian atau evaluasi. Aspek ini sangat penting bagi manajemen dalam proses penyusunan atau perencanaan budget, karena hal ini akan memungkinkan diadakan “testing” untuk menentukan akibat adanya perubahan berbagai factor atau mempertimbangkan berbagai alternatif.
Faktor – faktor yang dapat berubah dalam hubungannya dengan analisa break even antara lain biaya tetap, biaya variabel, harga jual maupun komposisi penjualan (sales mix). Perubahan salah satu faktor penentu break even atau faktor yang mengakibatkan perubahan tingkat break even, mungkin tidak mempengaruhi atau tidak mengakibatkan perubahan pada faktor – faktor yang lain, misalnya perubahan hanya terjadi pada jumlah biaya tetap sedangkan biaya variabel, harga jual, maupun volume penjualan tetap, tetapi kemungkinan bisa terjadi perubahan dalam salah satu faktor akan mengakibatkan perubahan pada faktor yang lain, misalnya perubahan harga jual bisa berakibat perubahan volume penjualan dan sebagainya. Perubahan – perubahan tersebut dapat secara langsung dimasukkan dalam rumus perhitungan break even sehingga diperoleh tingkat break even yang baru, maupun digambarkan dalam grafik break even.
a.       Perubahan Biaya Tetap
Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai tingkat penjualan akan berubah, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya penjualan pada tingkat break even akan berubah pula.
b.      Kenaikan Biaya Variabel
Dengan adanya kenaikan biaya variabel maka jumlah biaya juga akan berubah begitu pula besarnya penjualan pada tingkat break even juga akan berubah. Manajemen perusahaan dalam usahanya untuk meningkatkan penghasilan (penjualan) yang akhirnya diharapkan untuk menaikkan keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi harus diperhatikan dan perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga jual tersebut, sebab dengan adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan penurunan volume penjualan yang akhirnya juga mengakibatkan perubahan besarnya break even.
c.       Perubahan Komposisi Penjualan
Analisa break even atau analisa biaya, volume dan laba yang diuraikan di muka selalu diterapkan untuk satu macam barang atau dengan anggapan bahwa perusahaan hanya memproduksi dan menjual satu macam barang atau secara total. Apabila perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu macam barang, maka analisa break even dapat pula diterapkan untuk seluruh barang yang diproduksi atau dijual oleh perusahaan tersebut. Untuk maksud tersebut maka komposisi (perbandingan) antara barang – barang tersebut harus tetap sama baik dalam komposisi produksinya maupun penjualannya (product-mix dan sales-mix). Break even dalam keseluruhan atau total tidak berarti bahwa masing – masing produk harus dalam keadaan break even. Kemungkinan terjadi suatu macam produk menderita rugi sedang produk yang lain memperoleh keuntungan, atau kemungkinan masing – masing produk tidak memperoleh laba ataupun menderita rugi. Apabila komposisinya berubah maka break evennya secara total akan berubah pula.